Kamis, 29 Desember 2011

Mengenal Sosok Samin Surosentiko

Ajaran Samin yang terkenal di wilayah Blora dan sekitarnya tidak lepas dari sosok Samin Surosentiko. Siapa Samin Surosentiko itu? Samin Surosentiko adalah putra dari Raden Surowijoyo yang juga disebut sebagai Samin Sepuh sebagai perintis gerakan Saminisme yang juga putra dari Pangeran Kusumaniayu (Bupati Sumoroto--kawasan di Kabupaten Tulungagung).

Samin Surosentiko lahir pada 1859 dengan nama Raden Kohar di Desa Ploso Kedhiren, Randublatung Kabupaten Blora. Raden Kohar mengubah namanya menjadi Samin Surosentiko sebab Samin adalah sebuah nama yang memiliki konotasi wong cilik. Samin Surosentiko juga masih mempunyai pertalian darah dengan Kyai Keti di Rajegwesi, Bojonegoro.

Pada 1890 Samin Surosentiko mulai mengembangkan ajarannya di daerah Klopoduwur Blora Jawa Tengah. Banyak yang tertarik dan dalam waktu singkat sudah banyak orang menjadi pengikutnya. Saat itu pemerintah Kolonial Belanda menganggap sepi ajaran tersebut. Ajaran tersebut cuma dianggap sebagai ajaran kebatinan atau agama baru yang remeh belaka.

Pada 1903 Residen Rembang melaporkan terdapat 722 orang pengikut Samin yang tersebar di 34 desa di Blora bagian Selatan dan Bojonegoro. Mereka giat mengembangkan ajaran Samin. Pada 1907, pengikut Samin sudah berjumlah sekitar 5000 orang. Pemerintah Belanda mulai merasa was-was sehingga banyak pengikut Samin yang ditangkap dan dipenjarakan.

Pada 8 November 1907, Samin Surosentiko diangkat oleh pengikutnya sebagai Ratu Adil dengan gelar Prabu Panembahan Suryangalam. Kemudian 40 hari sesudah menjadi Ratu Adil itu, Samin Surosentiko ditangkap oleh asisten Wedana Randublatung, Raden Pranolo. Beserta delapan pengikutnya, Samin lalu dibuang ke luar Jawa (ke kota Padang, Sumatra Barat), dan meninggal di Padang pada 1914.

Tahun 1908, Penangkapan Samin Surosentiko tidak memadamkan gerakan Samin. Pada 1908, Wongsorejo, salah satu pengikut Samin, menyebarkan ajarannya di Madiun, mengajak orang-orang desa untuk tidak membayar pajak kepada pemerintah Belanda. Wongsorejo dengan sejumlah pengikutnya ditangkap dan dibuang keluar Jawa.

Pada 1911 Surohidin, menantu Samin Surosentiko dan Engkrak salah satu pengikutnya menyebarkan ajaran Samin di Grobogan. Karsiyah menyebarkan ajaran Samin di kawasan Kajen, Pati. Perkembangannya kemudian tidak jelas.

Tahun 1912, pengikut Samin mencoba menyebarkan ajarannya di daerah Jatirogo, Kabupaten Tuban, namun gagal.

Puncak penyebaran gerakan Samin terjadi pada 1914. Pemerintah Belanda menaikkan pajak. Disambut oleh para pengikut Samin dengan pembangkangan dan penolakan dengan cara-cara unik. Misalnya, dengan cara menunjukkan uang pada petugas pajak, "Iki duwite sopo?" (Ini uangnya siapa?), dan ketika sang petugas menjawab, "Yo duwitmu" (Ya uang kamu), maka pengikut Samin akan segera memasukkan uang itu ke sakunya sendiri. Singkat kata, orang-orang Samin misalnya di daerah Purwodadi dan di Balerejo, Madiun, sudah tidak lagi menghormati pamong Desa, polisi, dan aparat pemerintah Belanda yang lain.

Dalam masa itu, di Kajen Pati, Karsiyah tampil sebagai Pangeran Sendang Janur, mengimbau kepada masyarakat untuk tidak membayar pajak. Di Desa Larangan, Pati orang-orang Samin juga mengejek dan memandang para aparat desa dan polisi sebagai badut-badut belaka.

Di Desa Tapelan, Bojonegoro juga terjadi perlawanan terhadap pemerintah, dengan tidak mau membayar pajak. Karena itu, teror dan penangkapan makin gencar dilakukan pemerintah Belanda terhadap para pengikut Samin. Pada tahun 1914 ini akhirnya Samin meninggal dalam pengasingannya di Sumatra Barat. Namun teror terus dilanjutkan oleh pemerintah Belanda terhadap pengikut Samin. Akibat teror ini, sekitar tahun 1930-an, perlawanan gerakan Samin terhadap pemerintah kolonial menguap dan terhenti. Namun diluar dugaan tampaknya ajaran Samin tersebut tetap eksis hingga sekarang.

sumber :
http://kawruh-kejawen.blogspot.com/2011/12/mengenal-sosok-samin-surosentiko.html

Jumat, 28 Oktober 2011

::: 3 X 8 = 23 :::

Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.

Pembeli berteriak: “3×8 = 23, kenapa kamu bilang 24?”

Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: “Sobat, 3×8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi.”

Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: “Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat, mesti minta ke Confusius.
Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan.”
Yan Hui: “Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?”
Pembeli kain: “Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?”

Yan Hui: “Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu”.

Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius.

Setelah Confusius tahu duduk persoalannya, Confusius berkata kepada Yan Hui sambil tertawa: “3×8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia.”

Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain. Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas.

Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya..

Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat : “Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh.”

Yan Hui bilang baiklah lalu berangkat pulang. Di dalam perjalanan tiba-tiba angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba-tiba ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti. Apakah saya akan membunuh orang?

Yan Hui tiba di rumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai di depan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.

Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: “Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?” Confusius berkata: “Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon.. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh.”

Yan Hui berkata: “Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum.”

Confusius bilang: “Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3×8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3×8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?”

Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : “Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar-benar malu.”

Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.

Cerita ini mengingatkan kita: Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya. Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting. Banyak hal ada kadar kepentingannya.

Janganlah gara-gara bertaruh mati-matian untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat. Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.

Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Saat kita kasih sample barang lagi, kita akan mengerti).
Bersikeras melawan boss. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Saat penilaian bonus akhir tahun, kita akan mengerti).
Bersikeras melawan suami. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (suami tidak betah di rumah).
Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Bisa-bisa kita kehilangan seorang teman). (Anonymous)


sumber :
http://bulancahaya9.blogspot.com/2011/10/3-x-8-23.html

Rabu, 26 Oktober 2011

“Misi Kristen di Buku Sejarah SMP”

DALAM sebuah buku Sejarah untuk siswa SMP kelas VIII (Jakarta: Erlangga, 2006), diuraikan satu bab khusus berjudul “Perkembangan Kristen di Indonesia”. Bab ini dibuka dengan uraian berikut: “Mengapa perlu mempelajari bab ini? Penyebaran Kristen di Indonesia berintikan damai dan cinta kasih. Namun, karena intervensi politik Barat, timbul kesan penyebaran Kristen identik dengan kolonialisme dan imperialisme. Dengan mempelajari bab ini, kita diajak untuk semakin sadar betapa campur tangan politik dapat merusak nilai-nilai luhur yang terkandung pada setiap agama.”

Pada bagian selanjutnya dijelaskan tentang kendala penyebaran agama Kristen di Indonesia: “Para penguasa dan penduduk setempat mencurigai para rohaniwan sebagai sekutu Portugis ataupun Belanda. Tindakan penindasan yang dilakukan para pedagang maupun pemerintah kolonial menimbulkan kesan bahwa Kristen identik (sama saja) dengan kolonialisme. Padahal para rohaniwan selalu datang dengan maksud damai.” (hal. 61)

Inilah salah satu contoh materi sejarah yang diajarkan kepada para pelajar SMP. Benarkah isi buku pelajaran sejarah tersebut? Ada baiknya kita simak penjelasan dari kalangan Kristen sendiri!

Pada tahun 2010, juga rangka memperingati 150 tahun Huria Kristen Batak Prostestan, Sekolah Tinggi Teologia Jakarta, bekerjasama dengan Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Ecole francaise d,Extreme-Orient, dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia menerbitkan sebuah buku berjudul Utusan Damai di Kemelut Perang, Peran Zending dalam Perang Toba: Berdasarkan Laporan L.I. Nommensen dan Penginjil RMG Lain, karya Prof. Dr. Uli Kozok, seorang professor kelahiran Jerman.

Prof. Uli Kozok membuka bukunya dengan sebuah kutipan seorang tokoh Gereja se-Dunia, Ph. Potter: “Gerakan penginjilan […] bermula bertepatan dengan waktu munculnya kolonialisme, imperialisme dan – sebagai akibatnya – rasisme. Oleh sebab itu maka gerakan penginjilan secara hakiki terkait dengan sejarah rasisme.”

Berdasarkan dokumen-dokumen di lembaga misi di Jerman yang mengirimkan Nommensen ke Tanah Batak, yaitu Rheinische Missions-Geselschaft (RMG), Prof. Uli Kozok menemukan fakta pengakuan Ludwig Ingwer (L.I.) Nommensen, tokoh misionaris Jerman di Tanah Batak, bahwa dia bergabung dengan pasukan Belanda untuk melawan gerakan perlawanan para pahlawan Batak yang dipimpin Sisingamangaraja XII. Laporan Berichte Rheinische Missionsgeselschaft (BRMG), menunjukkan, para penginjil justru bersekutu dengan tentara penjajah dalam menumpas perlawanan Sisingamangaraja XII. Lebih jauh Prof. Kozok mencatat:

“Pemerintah Belanda akhirnya mengabulkan permintaan Nommensen, sehingga terbentuk koalisi Injil dan pedang yang sangat sukses karena kedua belah pihak memiliki musuh yang sama: Sisingamangaraja XII yang oleh zending dicap sebagai “musuh bebuyutan pemerintah Belanda dan zending Kristen.” Bersama-sama mereka berangkat untuk mematahkan perjuangan Sisingamangaraja. Pihak pemerintah dibekali dengan persenjataan, organisasi, dan ilmu pengetahuan peperangan modern, sementara pihak zending dibekali dengan pengetahuan adat istiadat dan bahasa. Kedua belah pihak, zending Batak dan pemerintah kolonial, saling membutuhkan dan saling melengkapi, dan tujuan mereka pun pada hakikatnya sama: memastikan bahwa orang Batak “terbuka pada pengaruh Eropa dan tunduk pada kekuasaan Eropa. (BRMG 1882:202)” (hal. 92).

Dalam perang menumpas perjuangan Sisingamangaraja XII, pihak zending Kristen berhasil meyakinkan ratusan raja di tanah Batak agar berhenti mengadakan perlawanan dan menyerah kepada kekuasaan Belanda:

“Dukungan dan bantuan para misionaris yang mendampingi ekspedisi militer hingga ke Danau Toba juga mempunyai tujuan lain, yaitu meyakinkan masyarakat bahwa perlawanan mereka sia-sia saja dan mendesak mereka agar menyerahkan diri.” (JB 1878:31). (hal. 93).

Sementara, para raja yang tidak mau menyerah, didenda dan kampung mereka dibakar. Atas jasa para misionaris, terutama Nommensen dan Simoncit, pemerintah kolonial Belanda memberikan penghargaan resmi, melalui sebuah surat:

“Pemerintah mengucapkan terimakasih kepada penginjil Rheinische Missions-Geselschaft di Barmen, terutama Bapak I. Nommensen dan Bapak A. Simoncit yang bertempat tinggal di Silindung, atas jasa yang telah diberikan selama ekspedisi melawan Toba. (BRMG 1879:169-170).” (hal. 93-94).

Selain surat penghargaan, para misionaris juga mendapat hadiah sebesar 1000 Gulden dari pemerintah kolonial yang dapat diambil setiap saat. Kerjasama antara misionaris Kristen dan penjajah Belanda berlangsung sampai Pahlawan Sisingamangaraja XII tewas dalam pertempuran tahun 1907. Dukungan kaum misionaris kepada pemerintah penjajah juga dimaksudkan untuk mencegah masuknya Islam ke Tanah Batak. (BRMG 1878:94).

Sikap pro-penjajah dari kaum Misionaris bukan hanya saat Perang Toba melawan Sisingamangaraja XII. Sikap para misionaris Kristen ini masih terus berlangsung di kemudian hari. BRMG 1897: 278-279 menulis laporan berjudul “Wie weiter auf Sumatra?” (Bagaimana Kelanjutannya di Sumatra?). Batakmission mengaku mengalami kendala untuk melakukan misi Kristen di Samosir, sebab Samosir masih merupakan “Tanah Batak Merdeka”. Selanjutnya, BRMG mencatat:
“Oleh sebab itu, “dapat dimengerti bahwa penginjil kita sangat menghendaki agar pemerintah Belanda menduduki Samosir.” Lagipula, konferensi penginjil tahun 1897 telah memutuskan bahwa “penginjilan dapat dilakukan dengan lebih tenang dan dengan lebih banyak sukses di bawah perlindungan pemerintah Eropa.” (hal. 103).

Menurut catatan sejarah, kerjasama misionaris Kristen Batak dengan penjajah Belanda diakui dengan bangga oleh para misionaris Batak. Belanda juga mempersenjatai kaum Kristen Batak dengan 50 bedil. Sebab, jika orang Batak menjadi Muslim, mereka tidak mungkin setia kepada pemerintah penjajah. BRMG 1878:154 mencatat:

“Betapa orang Batak Kristen dapat diandalkan tampak jelas sekarang. Sebagai orang Islam, orang Batak takkan mungkin menjadi rakyat yang patuh pada Belanda. […] memang benar orang Silindung yang Kristen adalah teman setia Belanda, dan pasukan bantuan mereka berperang bersama pasukan Belanda.”. (hal. 106).

Dalam surat-surat yang dikirim tokoh misionaris I. Nommensen, tampak jelas digunakannya istilah “musuh” untuk Sisingamangaraja XII dan rakyat Batak yang berusaha mempertahankan kemerdekaan mereka. Misalnya, dia tulis: “Setelah kami bekerja dengan tenang selama beberapa hari, musuh kami yang jahat bergerak lagi”… “Kebanyakan musuh berasal dari daerah sekitar Danau Toba, dari Butar dan Lobu Siregar, digerakkan oleh Sisingamangaraja, seorang demagog yang menghasut dan mencelakakan rakyatnya.” (hal. 107).

Dalam suratnya yang lain, Nommensen mencatat: “Hal yang paling penting adalah bahwa Toba keluar dari isolasinya, terbuka pada pengaruh Eropa dan tunduk pada kekuasaan Eropa sehingga dengan sangat mudah zending kita bisa masuk… (BRMG 1882:302).” (hal. 108).

Sebuah surat tentang pentingnya penaklukan Toba oleh penjajah Belanda dan misi Kristen dalam rangka menghambat masuknya pengaruh Islam, ditulis oleh laporan BRMG 1882 (7): 202-205:

“Perang dan penaklukan Toba sangat mendukung dan mempercepat pembukaan pos penginjilan. Walaupun tidak secara langsung, para penginjil kita di Silindung memainkan peranan yang cukup besar dalam ekspedisi militer Belanda terhadap Toba. Upaya mereka untuk menyebarkan Injil di Silindung mendapatkan perlawanan dari Sisingamangaraja yang dulu maupun Sisingamangaraja yang sekarang. Karena sudah kehilangan sebagian besar kekuasaannya, keduanya berusaha memperoleh kembali pengaruhnya yang hilang dengan mengusir para penginjil. Sisingamangaraja terutama memusuhi agama Kristen, akan tetapin karena ia bersekutu dengan orang Aceh di Utara maupun dengan Batak Islam di Timur maka kegiatan mereka juga memusuhi pemerintah Belanda. Dengan demikian sangat bijaksana keputusan pemerintah untuk langsung bertindak memperluas dan memperkokoh kekuasaannya, mengingat tindak-tanduk orang Aceh dan jaringan mereka yang makin hari makin ketat dan luas.” (hal. 153-154).

Dalam bukunya, Prof Uli Kozok juga menunjukkan data bahwa hubungan erat antara misi Kristen dan Penjajahan memang sudah menjadi suatu kelaziman. Paus Pius XI, misalnya, melalui surat kabar Vatikan, Osservatore Romano, 24 Februari 1935, pernah secara eksplisit mengeluarkan pernyataan yang mendukung penjajahan:

“Penjajahan merupakan keajaiban yang diwujudkan dengan kesabaran, keberanian dan cinta kasih. Tiada bangsa atau ras yang berhak hidup terisolir. Penjajahan tidak berlandaskan penindasan tetapi berdasarkan prinsip moralitas tertinggi, penuh dengan cinta kasih, kedamaian dan persaudaraan. Gereja Katolik senantiasa mendukung penjajahan, asal dilaksanakan dengan jujur dan manusiawi tanpa menggunakan kekerasan. Oleh sebab itu kami melihatnya sebagai sesuatu yang memiliki daya dan keindahan yang luar biasa.” (hal. 85-86).

Bukan hanya kolonialisme, ideologi rasisme juga ditanamkan kepada para misionaris dari Rheinische Missions-Geselschaft (RMG). Seorang petinggi RMG, Ludwig von Rohden (1815-1889), berpendapat bahwa semua manusia adalah keturunan Nabi Nuh, yang kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia. Ada lima warna kulit yang dimiliki keturunan Nabi Nuh itu: putih, kuning, merah, coklat dan hitam. Menurutnya, warna kulit ditentukan oleh kadar dosa masing-masing. Semakin berdosa sebuah bangsa, maka akan semakin hitam warna kulitnya. Kata Ludwig von Rohden dalam sebuah tulisannya:

“Secara bertahap-tahap manusia menjauhkan diri dari sumber kehidupan ilahi. Semakin jauh [sebuah bangsa] menjauhkan diri, semakin merosot moral dan kecerdasan, seiring dengan itu juga postur, bentuk tubuh dan warna kulitnya. Bangsa yang paling dekaden mendapatkan warna kulit paling hitam, dan bentuk tubuhnya menjadi mirip dengan binatang. Namun perbedaan hakiki antara manusia dan binatang masih tetap ada: ialah jiwa yang dihembuskan Allah kepada jasad sebagai bagian kehidupan ilahi.” (hal. 59).

Menurut Rohden, bangsa berkulit hitam bisa menjadi putih kulitnya jika mereka menjadi Kristen:

“Negro yang paling rendah derajat pun masih bisa diangkat menjadi manusia terdidik bila dididik dengan cara yang tepat melalui pengaruh Kekristenan yang bersifat menyembuhkan. Seiring dengan [proses penyembuhan] itu, maka raut muka yang kebinatangan menghilang, pandangan mata dan tubuhnya akan menjadi lebih sempurna, bahkan warna kulitnya secara turun-temurun bisa menjadi lebih putih.” (hal. 60).

Itulah fakta dan data tentang misi Kristen yang ditampilkan Prof. Uli Kozok – guru besar dan ketua jurusan bahasa Indonesia di Universitas Hawai. Gambaran misi Kristen yang berkolaborasi dengan penjajah itu jauh sekali bedanya dengan isi buku Sejarah yang kini diajarkan kepada anak-anak Muslim di sekolah-sekolah tingkat SMP.

Seyogyanya, para pimpinan sekolah Islam, para guru, dan orang tua sadar benar akan kekeliruan besar semacam ini. Sungguh ironis, jika ada lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan bahan-bahan sejarah semacam ini, yang merusak pemikiran dan jauh sekali dari fakta sejarah sebenarnya. Bukankah Allah SWT sudah memperingatkan: “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka!” Wallahu a’lam bil-sshawab.*/Depok, 24 Ramadhan 1432 M/24 Agustus 2011.

Penulis adalah kolumnis www.hidayatullah.com, Ketua Program Studi Pendidikan Islam, Pasca Sarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor



dipublikasikan ulang oleh hukmulislam.blogspot.com

copy-paste dari :

http://hukmulislam.blogspot.com/2011/10/misi-kristen-di-buku-sejarah-smp.html

Rabu, 12 Oktober 2011

Koreksi Aqidah KH Said Aqil Sirajd: Jangan Samakan Tauhid Islam dengan Trinitas Kristen

Jika kekeliruan akidah menimpa kaum awam yang tidak punya pengikut, maka bahayanya relatif kecil hanya kepada dirinya sendiri. Tapi kesesatan akidah akan menjadi musibah besar bila menimpa tokoh dan pemimpin ormas Islam yang memiliki puluhan juta pengikut.

Adalah Bambang Noorsena, pendiri Institute for Syriac Christian Studies (ISCS), komunitas Kristen Ortodoks Syria (KOS) di Indonesia. Untuk sosialisasi KOS di Indonesia, Bambang Noorsena menulis buku “Menuju Dialog Teologis Kristen–Islam” yang diterbitkan oleh Penerbit Kristen Yayasan Andi Yogyakarta.

Buku setebal 172 halaman ini berisi kumpulan makalah, artikel, berbagai karya lepas, liputan, wawancara dan komentar media massa seputar Kristen Ortodoks Syria. Intinya, berusaha menjelaskan kekristenan dan keilahian (ketuhanan) Yesus versi KOS yang diyakini sebagai upaya menembus kebuntuan dialog teologis Kristen dan Islam.

Ciri khas KOS yang berbeda dengan aliran Kristen lainnya adalah identitas kearaban ala Timur Tengah. Istilah-istilah teologi banyak menggunakan bahasa Arab, bukan istilah barat ataupun Yunani. Misalnya, memakai kata “Sayyidina Isa Almasih” untuk menyebut Yesus Kristus, memakai jilbab bagi jemaat wanita ketika beribadat, dan pemakaian Bibel berbahasa Arab. “Kitab kami Injil berbahasa Arab. Karena itu kami juga bisa membaca Al-Qur’an,” jelas Bambang yang juga Dosen Fakultas Hukum Universitas Kristen Cipta Wacana (UKCW) Malang itu pada halaman 143.

Untuk menambah pamor, ulasan KOS dalam buku ini ditutup dengan dua bagian, yaitu Wacana Mitra Islam dan lampiran Qanun Al-Iman Al-Muqaddas.

Dalam Wacana Mitra Islam (hlm. 163-166), Prof Dr KH Said Aqiel Siradj MA menulis artikel tanggapan sebagai umpan balik terhadap gagasan dan teologi Kristen Ortodoks Syria. Sedangkan pada halaman lampiran (hlm 167-169), disertakan kutipan “Qanun Al-Iman Al-Muqaddas” yang berisi 12 pernyataan iman KOS. Pernyataan iman ini sama dengan doktrin keyakinan Kristen lainnya yang menyebutnya sebagai “12 Pengakuan Iman Rasuli” atau “Sahadat Iman Rasuli,” yang dialihbahasakan dari Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel (Credo Niceano-Constantinopolitanum).

Meski secara lahiriyah identitas KOS kental dengan nuansa Arab, namun teologinya tidak berbeda dengan aliran Kristen lainnya. Mereka sama-sama meyakini ketuhanan Yesus, penyaliban Yesus, penebusan dosa dan ketuhanan trinitas.

Arabisasi istilah tidak bisa merubah kekafiran suatu keyakinan. Meskipun memakai bahasa Arab, doktrin KOS dalam “Qanun Al-Iman Al-Muqaddas” tetap kafir dalam pandangan Islam jika mempersekutukan Allah. Salah satu doktrin menonjol dalam Qanun KOS ini menyebutkan bahwa Yesus adalah satu-satunya tuhan (rabb): “nukmin birabbin wahid Isa Almasih ibnullahi al-masih” (kami beriman kepada satu-satunya tuhan yaitu Isa Al-Masih, Putra Allah Yang Tunggal). Juga disebutkan bahwa Maryam adalah ibunya Tuhan: “Wa min maryam al-adzraa al-bathuul waalidatul ilah” (dan dari perawan Maryam yang suci, ibunya Tuhan).

….meski KOS meyakini ketuhanan Yesus dan keberadaan Bunda Tuhan, namun KH Said Aqiel Sirajd berani menjamin bahwa akidah Islam dengan akidah Kristen memiliki persamaan substansial dan tak ada perbedaan…

Anehnya, meski secara terang-terangan KOS meyakini ketuhanan Yesus dan keberadaan Bunda Tuhan, namun KH Said Aqiel Sirajd berani menjamin bahwa akidah Islam dengan akidah Kristen memiliki persamaan yang sangat substansial dan tak ada perbedaan berarti. Pada Bab 16 (Wacana Mitra), kiyai jebolan Universitas Ummul Qura Mekkah ini menulis artikel berjudul “Laa Ilaaha Illallah Juga,” demikian kutipannya:

“Tauhid merupakan misi utama yang diemban para nabi dan rasul di muka bumi. Meskipun mereka berbeda kurun waktu, umat ataupun corak peribadatan (syariah), tetapi memiliki ajaran yang konstran di bidang Tauhid (keimanan). Semua rasul dan nabi pasti berseru kepada kaumnya untuk menuhankan Allah yang Mahaesa serta menegasikan sesembahan (ilah) selain-Nya. Mereka memberantas semua upaya yang ditujukan untuk membuat “tuhan tandingan” (musyrik) atau mengingkari eksistensi Tuhan (kafir).…

Secara umum tauhid terbagi dalam tiga kategori: tauhid al-rububiyyah, tauhid al-uluhiyyah dan tauhid asma’ dan sifat-sifat Tuhan. Jika seseorang telah mengakui bahwa Allah itu Tuhan semua makhluk, pemilik alam semesta, pencipta alam seisinya, Maha menghidupkan dan mematikan serta memberi rezeki kepada semua makhluk, maka orang tersebut telah meneguhkan dirinya dalam tauhid al-rububiyyah. Apabila seseorang hamba berupaya menyembah Allah secara tulus dan murni disertai perasaan cinta (mahabbah), takut (khauf), harapan (raja’), pasrah (tawakkal) kepada-Nya, maka ia memasuki wilayah tauhid al-uluhiyyah. Sedangkan tauhid shifat dan asma’ dimaksudkan sebagai keyakinan bahwa Allah itu memiliki sejumlah asma dan sifat yang tiada tahrif (perubahan), ta’thil (pengosongan), takyif (kondisional) ataupun tamsil (personifikasi).

Dari ketiga macam tauhid di atas, tauhid Kanisah Ortodoks Syria tidak memiliki perbedaan yang berarti dengan Islam. Secara al-rububiyah, Kristen Ortodoks Syria jelas mengakui bahwa Allah adalah Tuhan sekalian alam yang wajib disembah. Secara al-uluhiyah ia juga telah mengikrarkan Laa ilaaha illallah: “Tiada tuhan (ilah) selain Allah,” sebagai ungkapan ketauhidannya. Sementara dari sisi tauhid sifat dan asma Allah secara substansial tidak jauh berbeda, hanya ada perbedaan sedikit tentang sifat dan asma Allah tersebut…. Walhasil, keyakinan Kristen Ortodoks Syria dengan Islam (Sunni), walaupun berbeda dalam hal peribadatan (syari’ah), pada hakikatnya memiliki persamaan yang sangat substansial dalam bidang tauhid (hal. 163-166).

Pendapat KH Said Aqiel Sirajd ini tidak jelas juntrungnya. Teologi cap apa yang ditelannya, sehingga kiyai yang sekarang menjabat Ketua Umum PBNU itu berani menyamakan akidah Islam dengan trinitas kristiani?

Menurut Kristen Ortodoks Syria (KOS), Yesus adalah satu-satunya Tuhan (Rabb), sedangkan Allah SWT dalam Al-Qur’an Al-Ma’idah 72 mengafirkan doktrin ketuhanan Yesus, dan mengharamkan surga bagi orang yang meyakini Yesus sebagai Tuhan.

KOS mengimani Yesus sebagai Anak Allah (ibnullah al-wahiid), sedangkan Al-Qur’an menolak doktrin yang meyakini Yesus sebagai putra Allah (Qs. Al-Ikhlash 1-4).

Lalu menurut doktrin KOS, Maryam adalah ibunda Tuhan (walidatul ilah), sedangkan Islam menyangkal keyakinan bahwa Tuhan punya ibu dan bapak (Qs. Al-Ikhlash 3).

….akidah Islam tidak sama dengan trinitas kristiani, bahkan bertolak belakang secara substansial. Siapapun yang menyamakan akidah Islam dengan trinitas kristiani, harus segera bertaubat

Dengan demikian, jelaslah bahwa akidah Islam tidak sama dengan trinitas kristiani, bahkan bertolak belakang secara substansial. Siapapun yang berani menyamakan akidah Islam dengan trinitas kristiani, harus segera bertaubat. Karena salah satu perkara yang bisa menggugurkan keislaman adalah tidak mau mengafirkan agama kafir; man lam yukaffir kaafiran fahuwa kaafir!

Jika Anak SD Bisa Bedakan Tauhid dan Syirik, Mengapa Profesor Doktor Tergelincir?

Secara kasat mata, perbedaan akidah Islam dengan trinitas Kristen Ortodoks sangat tajam. Pada halaman 167-169 dikutip lampiran Qanun Al-Iman Al-Muqaddas (syahadat Kristen Ortodoks), antara lain sebagai berikut:

“Qaanuun al-iimaan al-muqaddas: Bil-haqiiqati nu’minu bi-ilaahin wahid, Allahu al-Aab, dhaabithul-kulli, khaaliqus-samaawati wal-ardhi wa kulli maa yaraa wamaa laa yaraa.

Nu’min birobbin waahidin ‘Iisaa al-Masiih ibnullaahil-waahidi, al-mauluudu minal-aabi qabla kullid-duhuur, nuurun min nuurin, ilaahun haqq min ilaahin haqq, mauluudun ghoiru makhluuqin, waahidun ma’al-aabi fid-dzaati, alladzii bihi kaana kullu syai`in, haadzaal-ladzii min ajlina nahnul-basyar, wamin ajli kholaashinaa, nazala minas-samaa’… wa min maryam al-adzraa al-bathuul waalidatul ilah…”

Terjemah Indonesia: Dan kami beriman kepada satu-satunya Ilah (sembahan) yaitu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi, segala sesuatu yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.

Dari Syahadat Kristen Ortodoks itu, dapat diketahui bahwa secara rububiyah, uluhiyah dan asma wa shifat, keyakinan Kristen Ortodoks bertentangan dengan akidah Islam.

….Siapapun yang menyamakan akidah Islam dengan trinitas kristiani harus segera bertaubat. Karena salah satu perkara yang bisa menggugurkan keislaman adalah tidak mau mengafirkan agama kafir

Secara Rububiyah, doktrin KOS yang meyakini Yesus sebagai satu-satunya Tuhan (Rabb) adalah akidah batil. Karena menurut Al-Qur’an, hanya Allah saja Tuhan (Rabb) yang Maha memiliki, menciptakan, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, memberi manfaat, mendatangkan bahaya, pemilik segala urusan dan kebaikan.

“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam” (Qs. Al-Fatihah 2, Al-Baqarah 21-22, Az-Zumar 62, Hud 6, Al-Ma’idah 120, Al-Mu’minun 86-89).

Secara Uluhiyah, meyakini kematian Yesus di tiang salib sebagai penebus dosa jelas sebuah kebatilan yang bertolak belakang dengan akidah Islam yang menekankan hanya Allah saja yang berhak disembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya.

“Dan Ilah kamu adalah Ilah Yang Maha Esa; Tidak ada Ilah melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (Qs. Al-Baqarah 163).

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan” (Qs. Al-Fatihah 5).

Menurut Tauhid Asma wa Sifat, doktrin KOS yang meyakini adanya Anak Tuhan (ibnullah) dan Bunda Tuhan (walidatul ilah) juga sebuah kekafiran tersendiri yang bertentangan dengan Al-Qur’an (Qs. Al-Ikhlash 1-4, Qs. Asy-Syura 11, dll).

Sebenarnya, dengan kemajuan kurikulum pendidikan Islam, saat ini anak SD sudah sangat memahami tauhid, sehingga mereka tidak akan menyamakan akidah Islam dengan doktrin trinitas Kristen. Perhatikan pelajaran mereka:

“Orang bertauhid meyakini hanya Allah Yang Maha Satu, yang menghidupkan, mematikan dan mengatur seluruh alam semesta. Orang bertauhid beribadah kepada hanya Allah Ta’ala dan melaksanakan seluruh perintah Allah. Lawan dari tauhid adalah syirik, artinya menyekutukan Allah. Orang yang berbuat syirik disebut musyrik. Orang musyrik tidak akan masuk surga dan kekal di dalam neraka selama-lamanya. Orang musyrik menyembah selain Allah, mereka berdoa dan beribadah kepada makhluk” (Aqidah Akhlak untuk Sekolah Dasar Kelas 2, Tim Penulis FKLPI, hlm. 8-9).

Jika anak SD sudah bisa memahami makna tauhid dengan benar, mengapa profesor doktor bisa tergelincir? Aneh bin ajaib!! [voa-islamcom/suara islam]


sumber :

http://bantahansalafytobat.wordpress.com/2011/10/11/koreksi-aqidah-kh-said-aqil-sirajd-jangan-samakan-tauhid-islam-dengan-trinitas-kristen/

Senin, 26 September 2011

Lubang Hitam Yang Bisa Menelan Bumi

Lubang Hitam itu diperkirakan berjarak sekitar 50 juta tahun cahaya dari Bumi. Para astronom baru-baru ini menemukan fenomena di luar angkasa, yang mereka yakini sebagai lahirnya suatu “Lubang Hitam” hasil dari ledakan suatu bintang (supernova) lebih dari 30 tahun lalu. Lubang itu sangat rakus dan menelan apa yang ditemui, termasuk benda luar angkasa sebesar Bumi.

Demikian ungkap Avi Loeb, seorang astrofisikawan dari Universitas Harvard yang bekerjasama dengan Badan Antariksa AS (NASA), Senin 15 November 2010. Loeb mengungkapkan bahwa kemunculan Lubang Hitam itu hasil dari ledakan suatu bintang yang pertama kali ditemukan pada 1979.

Ledakan itu cukup besar untuk menimbulkan suatu lubang hitam. Tim astronom meyakini itu sebagai Lubang Hitam karena konstan melumat sisa-sisa bintang yang meledak. Itulah ciri-ciri Lubang Hitam, menghisap apa saja yang ada di depannya.

Menurut Loeb, dalam 30 tahun terakhir sejak supernova, bayi Lubang Hitam ini telah menelan benda yang massanya setara dengan Bumi. Menurut kantor berita Associated Press (AP), temuan Loeb dan rekan-rekannya ini dipublikasikan dalam suatu makalah yang dimuat di jurnal “New Astronomy.”

“Dia [lubang hitam itu] ibarat pemakan planet dalam film ‘Star Trek,’” kata ahli astrofisika dari NASA yang juga rekan Loeb, Kimberly Weaver, seperti dikutip AP. Lubang hitam itu begitu padat sehingga tidak ada unsur apapun – termasuk cahaya sekalipun – yang bisa lolos.

Dengan menggunakan pantuan teleskop milik NASA, Chandra X-Ray, dan teleskop-teleskop lain, Lubang Hitam itu diperkirakan berjarak sekitar 50 juta tahun cahaya dari Bumi dan terletak di salah satu galaksi Virgo, demikian menurut laman harian The Los Angeles Times.

“Lubang Hitam ini berukuran sekitar lima kali lebih besar dari matahari kita dan bintang yang meledak yang memunculkan benda itu kemungkinan 20 kali lebih besar dari matahari kita,” kata Dan Patnaude, peneliti dari Harvard.

Dengan situasi saat ini, Lubang Hitam yang bernama ilmiah SN 1979C itu bisa membesar dua kali lipat dalam 40 juta tahun mendatang. “Benda ini memakan sebanyak yang dia bisa…mirip dengan remaja atau anak kecil,” kata Patnaude. Tim peneliti yakin bahwa benda yang mereka temukan itu kemungkinan besar adalah Lubang Hitam.

Dalam ilmu astronomi, benda kosmik ini bukanlah sebuah lubang dalam arti harafiah, tetapi merupakan sebuah wilayah di mana hampir semua unsur tidak dapat lolos karena memiliki gaya gravitasi yang sangat besar.

sumber :

http://linkbiru.com/paling/lubang-hitam-yang-bisa-menelan-bumi/

Selasa, 20 September 2011

Waspada! Buku “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi” Mengusung Faham Rafidhah (Syi’ah Iran)

Oleh : Agus Hasan Bashori Lc, M.Ag.

Buku ini berisi banyak kebatilan dan fitnah. Diantaranya adalah mempromosikan ajaran-ajaran Syiah. Banyak indikasi-indikasi yang membuktikan hal ini:.

1 Waspada! Buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi Mengusung Faham Rafidhah (Syiah Iran)

1. Menyebut Kota Qum Kota suci Syiah, Iran

Di halaman 68-69 penulis buku yang menamakan diri sebagai Syaikh Idahram dan yang menjuluki Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab sebagai ustadz kampung (halaman 31), sementara Idahram sendiri yang bergelar Syaikh itu tidak kita kenal menjadi ustadz di kampung mana, menulis: perjuangan mereka (maksudnya wahabi) hanya dipenuhi dengan air mata dan darah umat Islam melalui berbagai penyerangan dan pembunuhan yang mereka lakukan kepada penduduk Makkah, Thaif, Madinah, Riyad, Qatar, Bashrah, Karbala, Najef, Qum, Omman, Kuwait, negri-negri Syam dan neger-negeri Islam lainnya.” Kita bertanya-tanya, mengapa ia sebut Qum sementara tidak ada penjabaran tentang pembunuhan oleh kaum wahhabi di kota Qum itu?

2. Menyebut wasiat Nabi kepada Ali di Ghadir Khum beserta perayaannya (hari raya id al-Ghadir) tanpa komentar dan pengingkaran bahkan menisbatkan perayaannya kepada umat Islam Irak secara mutlak (halaman 72). “Para penulis Syiah sepakat bahwa serangan dan serbuan itu terjadi pada hari ‘id al-Ghadir ketika umat Islam Irak.

Seandainya penulis ahlussunnah yang baik tentu menjelaskan bahwa hadits Ghadir tidak ada kaitannya dengan Khilafah Ali, tetapi berkaitan dengan kecintaan kepada Ali. Adapun mengaitkannya dengan Khilafah Ali dan menjadikannya sebagai hari raya maka itu adalah bagian dari kebatilan syiah, sebagaimana yang dilakukan oleh Khumaini. Dia menulis dalam kitab al-Hukumah al-Islamiyyah (26)

” وفي غدير خم في حجة الوداع عينه الرسول \ حاكما من بعده ومن حينها بدأ الخلاف يدب في نفوس قوم .

3. Membela orang Iran yang berbuat onar di musim haji di tanah suci, dan penulis menulisnya dengan judul “Pembantaian Jamaah Haji Iran. (halaman 99), seolah yang berbicara ini orang syiah atau orang Iran.

Yang benar, setelah ashar hari Jumat, 6 Dzulhijjah 1407 H, jama’ah haji Iran melakukan demo di halaman Masjidil Haram mengangkat foto-foto Khumaini yang banyak dan besar-besar bahkan sebagian digantungkan di tiang-tiang, spanduk-spanduk, poster-poster, dan bendera-bendera. Mereka membuat gaduh, membuat macet jalan, mengganggu para jamaah haji dan penduduk Makkah dari keperluannya. Bagian depan dari demonstan menolak untuk berunding dan tetap maju menuju Masjidil Haram.

Kekuatan keamanan Saudi berjaga-jaga di pinggir jalan melarang jamaah haji lain masuk ke arak-arakan orang syiah Iran itu, tapi orang Iran menyerang polisi dengan tongkat dan batu yang mereka bawa dan mereka sembunyikan dalam baju mereka, maka diperintahkanlah kekuatan kemanan Saudi untuk mengendalikan dan mengamankan keadaan. Saat ditangani mereka mundur dan demonstran jadi kacau sehingga berjatuhanlah puluhan wanita dan juga laki-laki lanjut usia terus terinjak-injak.

Para pendemo Iran itu membakar mobil dan sepeda milik Polisi Saudi, bahkan berusaha membakar sebagian gedung. Saksi, bukti dan video menetapkan bahwa yang pertama kali melakukan pukulan dan penusukan adalah syiah Iran dengan pisau yang mereka bawa. Mereka menikamkan ke dada polisi dan warga.

Akibat dari keributan dan keonaran yang dilakukan oleh orang syiah Iran itu adalah: 402 orang wafat; 85 diantara mereka adalah polisi Saudi dan warga, 42 jamaah haji lain, 275 jamaah haji Iran yang melakukan demo, kebanyakan wanita. Adapun korban luka-luka mencapai 649 orang: 145 diantaranya polisi dan warga Saudi, 201 jamaah haji, 303 jamaah haji Iran. Sedangkan kerugian alat-alat: pembakaran 3 mobil, 3 sepeda milik pasukan keamanan polisi, pengrusakan puluhan mobil haji dan warga.

Silakan melihat video peristiwa itu di:

http://up.download-2.info/47613/Shiite-terrorism-bloody-pictures-and-video.html

Maka tidak salah jika ada orang membayangkan, seandainya penulis hadir waktu itu mungkin dia ikut bergabung dengan rombongan demonstran rafidhah yang bikin onar itu.

4. Menyebut Najaf dengan gelar al-Asyraf

Perhatikan kalimat berikut ini:

Pada bulan Safar 1221 H/1806 M, Saud menyerang an Najaf al-Asyraf, namun hanya sampai di As-Sur (pagar perlindungan). Meskipun gagal menguasai An Najaf, tetapi banyak penduduk tak berdosa mati terbunuh.” (SBSSW, hal. 104-105). Tidak ada seorang pun Ahlus Sunnah yang menyebut Kota Najaf dengan sebutan Al-Asyraf.[1] Hanya orang Syiah yang melakukan hal itu seperti surat milik ulama mereka Shadiq al-Ruhani (mengaku sebagai murid Abul Hasan al-Ishfahani) berikut ini:

2 283x300 Waspada! Buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi Mengusung Faham Rafidhah (Syiah Iran)3 300x225 Waspada! Buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi Mengusung Faham Rafidhah (Syiah Iran)4 300x170 Waspada! Buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi Mengusung Faham Rafidhah (Syiah Iran)

5. Menyebut sahabat Ali ibn Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu, Hasan Radhiallahu ‘Anhu, Husain Radhiallahu ‘Anhu dengan sebutan Imam tanpa sahabat yang lain. Juga menyebut Ja’far as-Shadiq dengan sebutan imam, layaknya orang syiah (halaman 137).

6. Menyesalkan penghancuran kuburan keramat kaum syiah dan menganggap menghancurkannya adalah kejahatan, padahal itu adalah sunnah Rasulullah dan ahlul bait –ini satu bukti bahwa sebenarnya syiah itu tidak mengikut ahlul bait-. Di halaman 136 penulis menyebutkan: “6. meratakan kuburan para imam yang sangat dihormati kaum syiah dan umat Islam dunia, khususnya di makam al-Baqi`.

Jika benar penulis sebagai ahlussunnah (atau benar-benar cinta ahlul bait) seharusnya ingat hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang memerintahkan Ali Radhiallahu ‘Anhu untuk menghancurkan kuburan. Dan perintah ini dilestarikan oleh khalifah Ali Radhiallahu ‘Anhu.

عن أبي الهياج الأسدي قال: قال لي علي بن أبي طالب: (ألا أبعثك على ما بعثني عليه رسول؟ أن لا تدع تمثالاً إلا طمسته، ولا قبراً مشرفاً إلا سويته). أخرجه مسلم.

7. Meratapi kubah-kubah kuburan dan menyebut Abdul Muththalib dan Abu Thalib dengan sayyidina. Di halaman 106 ditulis; saat salafi wahabi berkuasa berbagai operasi pemusnahan secara besar-besaran telah dilakukan. Diantaranya adalah pemusnahan apa saja yang ada di ma’la, sebuah kawasan pekuburan Quraisy yang terdiri dari kubah-kubah yang pegitu banyak, termasuk kubah sayyidina Abd al-Muththalib (kakek Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) dan sayyidina Abi Thalib…”

Seandainya penulis ahlussunnah yang memiliki ilmu tentu sudah tahu bahwa Abu Thalib adalah mati dalam keadaan sesat kafir sebagaimana yang dikatakan oleh putranya sendiri yaitu Khalifah Ali –ini bukti bahwa agama syiah itu bukanlah mengikut ahlul bait, apalagi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam-.

فقد أخرج أبو داود بسند صحيح عن علي بن أبي طالب رضي الله عنه قال: “قلت للنبي صل الله عليه وسلم: إن عمك الشيخ الضال قد مات، قال: اذهب فوارِ أباك، ثم لا تُحْدِثن شيئاً حتى تأتيني، فذهبت فواريته وجئته فأمرني فاغتسلت ودعا لي”. (صحيح أبو داود:3214)

وعند الإمام أحمد بلفظ:

“لما توفي أبو طالب أتيت النبي صل الله عليه وسلم، فقلت: إن عمك الشيخ الضال قد مات فمن يواريه؟ قال النبي صل الله عليه وسلم: اذهب فواره، ثم لا تُحْدِث شيئاً حتى تأتيني. فقال: إنه مات مشركاً، قال: اذهب فواره، قال: فواريته ثم أتيته، قال: اذهب فاغتسل ثم لا تحدث شيئاً حتى تأتيني، قال: فاغتسلت ثم أتيته، قال: فدعا لي بدعوات ما يسرني أن لي بها حُمْر النعم وسودها، وكان علي إذا غسل الميت اغتسل”.

وفي هذا الحديث دليل لعدم مشروعية تعزية المسلم بوفاة قريبه الكافر، حيث إن النبي صل الله عليه وسلم لم يُعَزِّ علياً رضي الله عنه في أبيه، ومن باب أولى دليل علي عدم جواز تعزية الكفار بأمواتهم أصلاً.

تنبيه:

هذا الحديث ضعَّفه بعض أهل العلم، وقالوا في إسناده لين، لكن صححه الشيخ الألباني – رحمه الله -

8. Mengangkat madzhab Ja’fari dan madzhab Imamiyyah.

Fakta lain yang menunjukkan bahwa si penulis buku SBSSW berakidah Syiah adalah pernyataan berikut ini: “Dalam Islam, sedikitnya ada 7 mazhab yang pernah dikenal, yaitu: Mazhab Imam Ja’far ash Shadiq (Mazhab Ahlul Bait), Mazhab Imam Abu Hanifah an Nu’man, Mazhab Imam Malik bin Anas, Mazhab Imam Syafi’i, Mazhab Imam Ahmad ibnu Hanbal, Mazhab Syiah Imamiyah, dan Mazhab Daud azh-Zhahiri. Sedangkan “Mazhab Salaf” tidak pernah ada! Sebab ulama Salaf itu banyak, termasuk di dalamnya imam-imam mazhab yang tadi.” (SBSSW, hal. 208).

Demi Allah, Ahlus Sunnah (ahli hadits) di seluruh dunia Islam tidak akan ada yang mengatakan perkataan seperti ini. Perkataan seperti ini hanya akan keluar dari lidah orang-orang Syiah (Rafidhah). Lihatlah, dalam perkataan ini dia mengklaim ada 7 madzhab dalam Islam, yaitu 4 madzhab Ahlus Sunnah, ditambah 2 madzhab Syiah (madzhab Ja’fari dan Imamiyyah) dan 1 madzhab Zhahiri. Pendapat yang masyhur di kalangan Ahlus Sunnah, madzhab fikih itu hanya ada 4 saja, yaitu madzhab Abu Hanifah (Hanafi), Imam Malik (Maliki), Imam Syafi’i (Syafi’i), dan madzhab Imam Ahmad (Hanbali). Kalau ada tambahan, paling madzhab Zhahiri. Itu pun tidak masyhur di kalangan Ahlus Sunnah. Lalu dalam buku SBSSW itu, si penulis Syiah berusaha membohongi kaum Muslimin, dengan mengatakan, bahwa dalam Islam ada sedikitnya 7 madzhab. Inna lillahi wa inna ilaihi ra’jiun. Bahkan madzhab Ja’fari dalam kalimat di atas disebut pada urutan pertama. Lebih busuk lagi, madzhab Syiah Imamiyyah yang merupakan salah satu sekte Syiah paling ekstrem, disebut sebagai madzhab Islam juga. Allahul-musta’an!

Kalimat di atas juga mengandung kebodohan yang sangat telanjang. Coba perhatikan kalimat berikut ini: Sedangkan “Mazhab Salaf” tidak pernah ada! Sebab ulama Salaf itu banyak, termasuk di dalamnya imam-imam mazhab yang tadi. (SBSSW, hal. 208). Kalimat seperti ini tidak rasional. Bayangkan, si penulis secara tegas mengklaim, bahwa madzhab Salaf itu tidak ada. Tetapi pada kalimat yang sama, dia mengakui bahwa imam-imam madzhab (seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad), termasuk bagian dari ulama Salaf. Si penulis bermaksud mementahkan eksistensi madzhab Salaf, tetapi saat yang sama dia mengakui bahwa imam-imam madzhab itu termasuk imam madzhab Salaf. Kalau dia jujur ingin mengatakan, bahwa madzhab Salaf tidak ada, berarti madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, atau Hanbali juga tidak ada. Ya, bagaimana lagi, wong mereka itu imam-imam Salaf kok. Si penulis itu mengakui, bahwa mereka adalah imam-imam Salaf.

9. Memusuhi Syaikh ibn Jibrin dan menolak fatwa wajibnya jihad melawan syiah.

Di halaman 181 ada judul pembahasan “Di antara Fatwa dan Pendapat Salafi Wahabi Yang menyimpang” pada no.5: disebutkan: Fatwa Syaikh Ibnu Jibrin: Fatwa Jihad terhadap Syiah dan wajib melaknat mereka.

Perlu diketahui bahwa yang paling menbenci Syekh Jibrin adalah Syiah, karena beliau telah mengkafirkan syiah dengan 3 alasan dan telah menfatwakan haram mendukung Hizbullah dan milisi-milisi Syiah Rafidhah yang telah melakukan pembantaian terhadap kaum muslimin ahlussunnah di Irak, dan syaikh mengingatkan kembali akan kekejaman Shafawiyyiin sepanjang sejarah. Maka orang syiah mengkafirkan Syekh Ibn Jibrin dan menghalalkan darahnya.
Tiga alasan syekh Jibrin mengkafirkan syiah: 1) menikam al-Qur`an, dengan meyakini bahwa para sahabat membuang lebih dari 2/3 isinya dan mentahrifnya, 2) menikam para sahabat dan sunnah Nabi saw, karena mereka menolak hadits-hadits yang ada di dalam shahih Bukhari –Muslim dan menolak hadits-hadits para sahabat, karena sahabat menurut mereka adalah kafir, 3) ghuluw, hingga mereka menyembah Ali dan Husen dan memanjatkan doa kepada mereka.
Fatwa syaikh Jibrin saat ditanya apakah boleh bergabung dengan hizbullah, dan mendoakan mereka dengan kemenangan? Beliau menjawab :

: لا يجوز نُصرة هذا الحزب الرافضي، ولا يجوز الانضواء تحت إمرتهم، ولا يجوز الدعاء لهم بالنصر والتمكين، ونصيحتنا لأهل السنة أن يتبرؤوا منهم، وأن يخذلوا من ينضموا إليهم، وأن يبيّنوا عداوتهم للإسلام والمسلمين وضررهم قديماً وحديثاً على أهل السنة، فإن الرافضة دائماً يُضمرون العداء لأهل السنة، ويحاولون بقدر الاستطاعة إظهار عيوب أهل السنة والطعن فيهم والمكر بهم، وإذا كان كذلك، فإن كل من والاهم دخل في حكمهم لقول الله تعالى: (وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ)

Berikut Fatwa Syaikh terkait dengan kekejaman Rafidhah di Irak (inilah yang dimaksud oleh penulis dengan: Fatwa Jihad terhadap Syiah dan wajib melaknat mereka) :

يكثر الابتلاء بالشيعة في كثير من الدوائر من مدارس وجامعات ودوائر حكومية، في هذه الحال نرى إذا كانت الأغلبية لأهل السنة أن يظهروا إهانتهم وإذلالهم وتحقيرهم وكذلك أن يظهروا شعائر أهل السنة فيذكرون دائم فضائل الصحابة ويذكرون الترضي عنهم ومدائحهم وتشتمل مجالسهم على ذكر فضل القرآن وعلى ذكر _ تكفير من حرفه أو ما أشبه ذلك_ لعلهم أن ينقمعوا بذلك وأن يذلوا ويبصق في وجوههم ويُهانوا ؛ لتضيق بذلك صدورهم ويبتعدوا، أما معاملتهم فيعاملهم الإنسان بالشدة فيظهر في وجوههم الكراهية ويظهر البغض والتحقير والمقت لهم ولا يبدأهم بالسلام ولا يقوم لهم ولا يصافحهم، لكن يمكن إذا ابتدؤا بالسلام _ أن يرد عليهم بقوله وعليكم أو ما أشبه ذلك

وعلى هذا إن كان لأهل السنة دولة وقوة وأظهر الشيعة بدعهم، وشركهم، واعتقاداتهم، فإن على أهل السنة أن يجاهدوهم بالقتال، بعد دعوتهم ليكفوا عن إظهار شركهم، وبدعهم، ويلزموا شعائر الإسلام، وإذا لم تكن لأهل السنة قدرة على قتال المشركين، والمبتدعين، وجب عليهم القيام بما يقدرون عليه من الدعوة، والبيان، لقوله تعالى : ( لا يكلف الله نفساً إلا وسعها )

Untuk mengenang kebaikan syaikh berikut ini perbandingan antara Jenazah Syaikh ibn Jibrin rahimahullah dan penta’ziyah ahlussunnah dengan Jenazah Khumaini dan orang-orang syiah yang melayatnya :

5 146x300 Waspada! Buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi Mengusung Faham Rafidhah (Syiah Iran)

10. Menolak fatwa bolehnya menipu syiah
Penulis menyebutkan bahwa syaikh Aidh al-Dusari menfatwakan bolehnya menipu syiah. (SBSSW , halaman 181)
Kalau fatwa syaikh itu jahat maka fatwa tokoh-tokoh agama taqiyyah yang dia bela itu lebih jahat lagi. Tapi mengapa penulis menolak Syaikh Dusari dan tidak menolak Rafidhah? Mengapa menentang fatwa bolehnya “menipu” syiah dan tidak menentang fatwa dan akidah syiah yang membolehkan menipu ahlussunnah? Mengapa tidak menolak Khumaini yang membolehkan melaknat umat Islam dan membohongi mereka? Mengapa tidak menolak ulama-ulama syiah yang menghalalkan darah umat Islam?
Al-Khumaini berfatwa menganjurkan untuk melaknat ahlussunnah sebanyak-banyaknya :

(غيرنا ليسوا بإخواننا وإن كانوا مسلمين.. فلا شبهة في عدم احترامهم بل هو من ضروري المذهب كما قال المحققون، بل الناظر في الأخبار الكثيرة في الأبواب المتفرقة لا يرتاب في جواز هتكهم والوقيعة فيهم، بل الأئمة المعصومون، أكثروا في الطعن واللعن عليهم وذكر مساوئهم)( المكاسب المحرمة – الخميني (1 / 251) الطبعة الثالثة 1410هـ، مطبعة إسماعيليان، قم.)

Bahkan di halaman yang sama (1/251) Khumaini menegaskan bolehnya berdusta dan menfitnah ahlussunnah dalam madzhab syiah!!!
Senada dengan Khumaini, al-Anshari juga membolehkan menggunjing dan melaknat ahlussunnah, yang disebut dengan istilah al-Mukhalif. (kitab al-Makasib, al-Anshari, 1/319, cet. 1/1415, terbitan Baqiri Qum).
Mereka menganggap bahwa ahlussunnah itu nawashib, maka halal harta, kehormatan dan nyawanya.

6 204x300 Waspada! Buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi Mengusung Faham Rafidhah (Syiah Iran)

Bahkan dianjurkan untuk membunuh mereka (ahlussunnah) ini yang difatwakan oleh Ulama besar mereka, Yusuf al-Bahrani (dalam kitabnya al-Hadaiq an-Nadhirah Fi Ahkam al-’ithrah al-Thahirah, 12/323-324) dan Nikmatullah al-Jazairi dalam al-Anwar al-Nu’maniyyah 2/307).[1], al-Shaduq dalam ‘Ilal as-Syara’I’.

الصدوق في : {علل الشرائع ص601 ط نجف/ الحر العاملي في وسائل الشيعة18/463/ والجزائري في الانوارالنعمانية2/308}
الجزائري في: {الأنوار النعمانية2/308}

7 235x300 Waspada! Buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi Mengusung Faham Rafidhah (Syiah Iran)

(وفي الروايات أن علي بن يقطين وهو وزير الرشيد قد اجتمع في حبسه جماعة من المخالفين وكان من خواص الشيعة فأمر غلمانه وهدوا سقف الحبس على المحبوسين فماتوا كلهم وكانوا خمسمائة رجل تقريباً فأراد الخلاص من تبعات دمائهم فأرسل إلى مولانا الكاظم فكتب عليه السلام إليه جواب كتابه بأنك لو كنت تقدمت إلي قبل قتلهم لما كان عليك شيء من دمائهم وحيث أنك لم تتقدم إلي فكفّر عن كل رجل قتلته منهم بتيس والتيس خير منه، فانظر إلى هذه الدية الجزيلة التي لاتعادل دية أخيهم الأصغر وهو كلب الصيد فإن ديته خمس وعشرون درهماً ولا دية أخيهم الأكبر وهو اليهودي أو المجوسي فإنها ثمانمائة درهم وحالهم في الدنيا أخس وأبخس ) .

أبو جعفر الطوسي في : {تهذيب الأحكام 4/122 ط طهران /الفيض الكاشاني في الوافي 6/43 ط دار الكتب الإسلامية طهران} عن الامام الصادق (خذ مال الناصب حيث ما وجدته وادفع إلينا خُمسه ) .

الخميني في: {تحرير الوسيلة 1/352}
(والأقوى إلحاق الناصب بأهل الحرب في إباحة ما أغتنم منهم وتعلق الخُمس به بل الظاهر جواز أخذ ماله أين وجد وبأي نحو كان وادفع إلينا خُمسه ) .

يوسف البحراني في :{الحدائق الناضرة في أحكام العترة الطاهرة12/323-324}
(إن إطلاق المسلم على الناصب وإنه لا يجوز أخذ ماله من حيث الاسلام خلاف ما عليه الطائفة المحقة سلفاً وخلفاً من الحكم بكفر الناصب ونجاسته وجواز أخذ ماله بل قتله ) .

8 232x300 Waspada! Buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi Mengusung Faham Rafidhah (Syiah Iran)9 204x300 Waspada! Buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi Mengusung Faham Rafidhah (Syiah Iran)

ومن المضحك :
لما قال كاشف الغطاء في أصل الشيعة وأصولها (40 ـ 41 ) :
أما عبد الله بن سبأ الذي يلصقونه بالشيعة ، أو يلصقون الشيعة به ، فهذه كتب الشيعة بأجمعها تعلن بلعنه ، والبراءة منه .اهـ

فلما راجعه السيد حسين في ذلك قال: إنما قلنا هذا تقية، فالكتاب المذكور مقصود به أهل السنة .اهـ يعني يجوز الكذب على أهل السنة، لذا أخبر عن لعن الشيعة لابن سبأ ، والحقيقة خلاف ذلك

10 200x300 Waspada! Buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi Mengusung Faham Rafidhah (Syiah Iran)

Oleh karena itu sangat disayangkan, KH. Ma’ruf Amin, salah satu Ketua MUI, ikut mendukung buku ini dengan menulis komentar di sampul belakang: “Buku ini layak dibaca oleh siapapun.” Padahal MUI sendiri pada tahun 1984 pernah mengeluarkan fatwa yang menjelaskan pokok-pokok kesesatan paham Syiah menurut Ahlus Sunnah, kemudian MUI meminta Ummat Islam mewaspadai sekte ini (Hal disebutkan lagi dalam buku khusus yang dicetak untuk membentengi umat Islam dari faham dan aliran sesat pada tahun 2007).[2]

11 204x300 Waspada! Buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi Mengusung Faham Rafidhah (Syiah Iran)

Bahkan KH. Ma’ruf Amin pernah diminta MUI untuk mengkaji tentang haramnya Nikah Mut’ah di kalangan Syi’ah.[3] Seharusnya beliau membaca secara teliti buku SBSSW itu, sebelum mempromosikannya ke tengah masyarakat. Bisakah di sini dikatakan bahwa KH. Ma’ruf Amin ikut mendukung paham Syiah? Wallahu A’lam bisshawaab. Semoga saja dukungan KH. Ma’ruf Amin ini hanyalah merupakan ketergelinciran seorang alim dan semoga ia segera dihapus dengan pernyataan bara’ah (berlepas diri dari buku SBSSW itu). Kalau beliau tidak melakukannya, bisa saja ada orang yang menyebut beliau sebagai pendukung Syiah dan SEPILIS.

Tidak kalah dari KH. Makruf Amin, Ustadz Muhammad Arifin Ilham menulis: “Saya rasa, rumah-rumah setiap muslim perlu dihiasi dengan buku penting seperti ini, agar anak-anak mereka juga turut membacanya, untuk membentengi mereka dengan pemahaman yang lurus. Islam adalah agama yang lembut, santun, penuh kasih saying.”

Saya tidak tahu beliau berdua apakah membaca buku ini dan faham isinya? Wallahu a’lam.

Yang jelas, siapapun yang terlibat mempromosikan ajaran sesat (Syiah dan SEPILIS) telah menanam dosa yang menakutkan, bisa berakhir dengan suul khatimah, jika tidak segera bertaubat. Bisa saja ribuan kaum Muslimin mati dalam keadaan su’ul khatimah sebab terkecoh oleh rekomendasi mereka. Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik.


[1] Kota Najaf terletak di Irak, begitu pula Karbala. Sedangkan Kota Qum terletak di Iran. Kota Najaf, Karbala, dan Qum selama ini diklaim sebagai kota suci kaum Syiah. Sepanjang tahun kaum Syiah berziarah ke kota-kota itu karena di sana ada situs-situs yang disucikan kaum Syiah. Selama ini kaum Muslimin mengenal Masjidil Haram di Makkah dengan sebutan Al-Haram As-Syarif. Namun kaum Syiah menyebut Kota Najaf dengan ungkapan Al-Asyraf (artinya, lebih mulia atau paling mulia). Seolah, mereka ingin mengatakan, bahwa Najaf lebih mulia dari Kota Makkah. Inna lillahi wa inna ilaihi ra’jiun.

[2] Lihat situs voa-islam.com, tentang tersebarnya fatwa palsu MUI tentang Syiah yang ditulis anggota MUI, Prof. Dr. Umar Shihab. Fatwa itu mengklaim bahwa paham Syiah tidak sesat menurut MUI. Lalu redaksi voa-islam.com mencantumkan fatwa MUI asli yang dikeluarkan tahun 1984, tentang aspek-aspek kesesatan Syiah.

[3] Lihat Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, karya Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, hal. 144. Jakarta, Pustaka Al Kautsar, tahun 2006. [*]


sumber :

http://www.gensyiah.com/waspada-buku-sejarah-berdarah-sekte-salafi-wahabi-mengusung-faham-rafidhah-syiah-iran.html

Minggu, 28 Agustus 2011

MANTAN KYAI NU

Kita sering mendengar celoteh yang mengatakan : Lebih baik mantan (ma'af) maling daripada mantan Kyai. Artinya, kebanyakan orang mengartikan kalau mantan maling berarti bukan maling lagi, dan kalau mantan Kyai bukan Kyai lagi, Mantan maling diartikan sebagai mantan orang jahat yang sekarang baik, sementara Mantan Kyai diartikan Mantan orang baik yang sekarang jahat.

Betulkah anggapan ini?. Ternyata TIDAK SERATUS PERSEN BENAR!. Lebih jelasnya di bawah ini saya copy-pastekan sebuah artikel yang berkaitan dengan celoteh tersebut di atas, sebagai berikut :

Biografiku yang di tulis komunitas salafy






KH. Mahrus Ali, Mantan Kyai NU yang Mendakwahkan Sunnah di Kalangan Nahdhiyin

Sumber : http://info-dakwah.blogspot.com/2011/04/kh-mahrus-ali-mantan-kyai-nu-yang.html

Tahlilan merupakan budaya agama Hindu, hal ini dibuktikan dengan ungkapan syukur dari pendeta dalam sebuah acara berikut ini, “Tahun 2006 silam bertempat di Lumajang, Jatim diselenggarakan kongres Asia penganut agama Hindu. Salah satu poin penting yang diangkat adalah ungkapan syukur yang cukup mendalam kepada Tuhan mereka karena bermanfaatnya ajaran agama mereka yakni peringatan kematian pada hari 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 40, 100, 1000 dan hari matinya tiap tahun yang disebut geblak dalam istilah Jawa(atau haul dalam istilah NU-ed) untuk kemaslahatan manusia yang terbukti dengan diamalkannya ajaran tersebut oleh sebagian umat Islam” (KH. Makhrus Ali dalam buku “Mantan Kyai NU menggugat Tahlilan, Istighosahan dan Ziarah para Wali” hal.23)

“Muktamar NU ke-1 di Surabaya tanggal 13 Rabi’uts tsani 1345H/21Oktober 1926M mencantumkan pendapat Ibnu Hajar Al-Haitami dan menyatakan bahwa selamatan setelah kematian (yakni Tahlilan dan Yasinan-ed) adalah Bid’ah yang hina/tercela, namun tidak sampai mengharamkannya. (Ahkamul Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, keputusan Muktamar, Munas Kombes Nahdhatul Ulama (1926-2004M) LTN NU Jawa Timur Bekerja sama dengan Penerbit Khalista, Surabaya-2004. Cetakan ketiga, Februari 2007 Halaman 15 s/d 17).”
(KH. Makhrus Ali dalam buku “Mantan Kyai NU menggugat Tahlilan, Istighosahan dan Ziarah para Wali” hal.19)


Bagi warga Sidoarjo, khususnya bagi warga NU, nama KH. Makhrus Ali amat dikenal. Beliau adalah seorang tokoh kyai besar yang telah terjun di medan dakwah. Tapi siapa yang menyangka kalau KH. Makhrus Ali berubah manhajnya dalam beragama yang semula sebagai seseorang yang gemar melakukan tradisi dan amaliah kebid’ahan, kini beralih menjadi seorang Ahlussunnah. Insya Allah.




Biografi dan Perjalanan Ilmiah Mantan Kyai NU


KH. Makhrus Ali adalah seorang mantan Kyai NU, begitulah beliau mengenalkan dirinya dalam tulisan-tulisan beliau. Beliau lahir dan bernasab NU di dusun Telogojero desa Sidomukti kecamatan Giri-Gresik Jatim pada tanggal 28 Desember 1957. Sejak lahir hingga usia 40 tahun, beliau telah menjadikan paham Ahlussunnah wal Jama’ah ala NU sebagai identitas kultural, keagamaan, basis teologi dan dakwahnya.


Beliau adalah adik( maksudnya ibu KH Mahrus ali di kawin oleh ayah KH Mujadi ) dari KH. Mujadi, pimpinan ponpes KH. Mustawa Sepanjang-Sidoarjo, menantu Kyai Imam Hanbali (seorang tokoh NU yang disegani di Waru-Sidoarjo), adik ipar KH. Hasyim Hanbali, pimpinan ponpes Asy-Syafi’iyyah dan juga adik ipar dari KH. Abdullah Ubaid, pengasuh ponpes Manba`ul Qur`an Tambak Sumur, Waru-Sidoarjo.


Setelah menamatkan pendidikan di Madrasah MI-NU Sidomukti (1970/1971), beliau meneruskan studinya ke ponpes Langitan Tuban-Jatim selama 7 tahun yang saat itu diasuh oleh KH. Abdul Hadi Zahid, KH. Ahmad Marzuqi (mbah Mad) dan KH. Abdullah Faqih. Selama belajar di Langitan, KH. Makhrus Ali sering menjadi bintang kelas dan juara membaca kitab kuning. Bahkan beliau pernah diamanahi untuk mengajar di Langitan selama 2 tahun hingga akhirnya beliau dikirim oleh KH. Abdullah Faqih ke Bangil untuk mengajar di ponpes YAPI yang diasuh oleh Habib Husain Al-Habsyi. Selama di YAPI, beliau dipercaya untuk mengajar materi Nahwu, Sharaf, Fara`idh, Hadits dan tafsir. Beliau juga dipercaya untuk memimpin pondok tersebut bersama ust. Imran (sekarang mengasuh di ponpes Parengan-Lamongan).


Setelah itu beliau melanjutkan studi ke Mekkah, tepatnya di Jama’ah Tahfizhil Qur’an, langsung di bawah bimbingan Syaikh Yasin Al-Banjari, Syaikh Wa’il dan Syaikh Sa’ad bin Ibrahim sambil sesekali ngaji rungon kepada Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani (seorang ulama yang diidolakan dan menjadi panutan Kyai, Habib, Gus dan ulama NU) hingga mengkhatamkan selama 3 tahun.


KH. Makhrus Ali juga berguru kepada Syaikh Yasin Al-Fadani, seorang ahli sanad hadits dan memperoleh ijazah sanad dari beliau untuk ribuan kitab hadits dan fiqih. Selain itu, KH. Makhrus Ali juga belajar kepada Syaikh Husain Abdul Fattah dan Syaikh Abdullah bin Humaid, ketua Qadhi di Saudi Arabia. Beliau juga sempat belajar kepada Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz saat menjabat sebagai ketua Lajnah Daa`imah. Syaikh Bin Baaz adalah seorang ulama mufti yang tuna netra namun paling disegani di Saudi Arabia. KH. Makhrus Ali juga pernah membantu Dr. hikmat Yasin Al-Iraqi untuk menulis Tafsir Ibnu Abi Hatim dan Muhammad bin Ishaq dalam bahasa Arab selama 2 tahun. Beliau juga dipercaya menjadi muadzin sekaligus imam di masjid Al-Husain di Aziziyah-Mekkah selain memberikan cerama agama. Beliau juga menjadi rujukan pertanyaan tentang manasik haji jama’ah haji dari Indonesia di maktab Syaikh Abdul Hamid Mukhtar Sidayu.


Tahun 1987, beliau kembali ke tanah air setelah belajar di Saudi Arabia selama 7 tahun dan mulai terjun di dunia tulis menulis, mengarang buku dan menerjemahkan buku-buku berbahasa Arab ke bahasa Indonesia. Naskah yang sudah beliau tulis dan terjemahkan sudah amat banyak.


Beliau menikah dengan Hj. Faizah, seorang hafizhah alumni ponpes Nurul Huda Singosari Malang-Jatim, putri dari Kyai Hanbali (seorang tokoh yang disegani di Waru-Sidoarjo yang pernah nyantri langsung kepada Hadhratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, pengasuh ponpes Tebu Ireng Jombang-Jatim).




Masa Lalu Mantan Kyai NU


Sebagaimana pada umumnya kaum tradisionalis NU, kehidupan KH. Makhrus Ali pun bagitu kental dengan tradisi-tradisi yang ada dalam NU, semisal Yasinan, Tahlilan, Istighasahan dan lainnya. Beliau menuturkan, “ Dulu sewaktu saya masih berpendirian antara Muhammadiyah, NU, Al-Irsyad, LDII, Al-Khairiyah, saya selalu memimpin acara tahlilan di tempat saya. Saya anggap acara itu sebagai bacaan dzikir yang baik. Kalau toh tidak sampai kepada mayat, pahalanya juga bisa dimanfaatkan secara pribadi oleh para pembacanya. Hal itu terjadi setelah saya kenal dengan Ust. Habib Husain Al-Habsyi-Bangil (yang sekarang masih berkubang dalam lumpur kesyirikan. Semoga Allah member hidayah kepadanya). Waktu itu saya menjadi salah satu guru di pondok tempatnya mengasuh. Sebelum itu, saya termasuk kolot. Saya selalu mengikuti apa yang diikuti oleh guru-guru saya. Saya termasuk juga hafal Burdah, Barzanji, Tahlilan, Alfiyah, dan Imrithi. Dan banyak kitab kuning yang saya sudah ngelontok (hafal di luar kepala). Waktu itu saya tidak khawatir bila saya mati, saya akan masuk surga. Saya waktu itu menjadi penceramah di kalangan remaja NU di Sidomukti Giri Gresik-Jatim. Saya tidak khawatir lagi bila malaikat maut datang sebab saya ikut agama kakek dan nenek saya.


Ketika saya pulang dari ponpes, saya ikut diba`an. Di ponpes pun saya juga tiap malam Jum’at ikut diba`an dan tahlilan. Saya katakana, saya hafal betul, sampai sekarang kalau ada orang baca diba` keliru, saya masih mengerti kalau dia keliru. Kumpulan saya memang hanya dari kalangan NU. Dan saya mengikuti budaya mereka. Saya tidak mengerti salah, bid’ah, sesat dan kesyirikan dalam amaliah yang saya jalankan. Saya katakan saya tidak tahu. Saya paham ilmu katanya guru.”



Ketika Hidayah Sunnah Menyapa


Menjadi seorang Ahlussunnah adalah impian bagi setiap muslim. Sebab Apa? Karena hanya Ahlussunnah-lah firqah yang benar. Oleh karena itu, kita mendapati setiap kelompok dalam Islam mengklaim diri mereka sebagai Ahlussunnah (kecuali Syi’ah). Walaupun secara aqidah dan amaliah mereka tidaklah demikian, tapi justru berlandaskan penyimpangan demi penyimpangan (Syirik, Bid’ah, khurafat dan Tahayul).


Dan inilah yang dialami oleh KH. Makhrus Ali. Ketika hidayah Sunnah menyapa, beliaupun menyambutnya dengan tangan terbuka. Beliau menuturkan, “Sewaktu kyai saya datang ke rumah, ketika saya membaca buku fatawa Mahmud Syaltut, Kyai saya bilang, “Jangan membaca kitab seperti itu!”


Mungkin maksudnya agar saya mengikuti paham salafiyyah ala pesantren NU, dan masih belum waktunya untuk membaca buku seperti itu. Sebab, Syaltut adalah rektor Al-Azhar yang pikirannya terbuka dan memilih yang benar dari beberapa pandangan ulama, tidak terikat kepada salah satu golongan. Saya sudah memegang buku bahasa karangan bahasa Arab karangan rektor Al-Azhar itu ketika usia saya baru 16 tahun.”


Beliau melanjutkan, “Bila saya bertemu dengan kyai, saya mencium tangannya. Saya tidak berani berbicara di mukanya. Memang begitulah budaya santri. Sekarang saya sudah mengerti bahwa para sahabat bila bertemu dengan Rasulullah tidak pernah mencium tangan. Dan saya belum tahu haditsnya dimana para sahabat mencium tangan Rasulullah.”


Selama 40 tahun KH. Makhrus Ali berkubang di dalam tradisi dan amaliah yang bid’ah dan syirik. Namun hidayah datang kepada beliau. Beliau menceritakan keadaan dirinya saat ini, “Sekarang saya sudah bisa mengkaji ilmu dan bisa mencari mana yang benar karena anugerah dari Allah dan rahmat-Nya. Saya pilih mana yang tidak menyimpang dan yang cocok dengan dalil. Saya jadi geleng-geleng kepala ketika mengenang perbuatan saya waktu dulu. Pikir saya, mengapa tidak dari dulu saya ikut aliran Al-Qur’an dan Al-Hadits. Ah…itu semua tidak bisa diperkirakan.”


KH. Makhrus Ali melanjutkan cerita, “Hati saya berontak dengan ajaran tradisional, tapi mulut saya tidak bisa bicara. Pikiran tidak cocok, tapi mau mendebat tidak punya ilmu. Setelah banyak pengalaman, ilmu saya selalu diluruskan dengan dalil dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Maka ilmu tradisional yang telah mendalam di lubuk hati dan pikiran waktu dahulu, kini terbuang. Entah kemana, mungkin ke recycle bin atau keranjang sampah. Saya yang dulu lain dengan yang sekarang. Ilmu saya dulu ngambang, mengaku benar tapi menurut saya sendiri dan golongan saya. Bila saya mati, saya sudah merasa yakin akan masuk surga menurut pemahaman saya dan golongan saya. Jadi surga-surgaan sebagaimana layaknya orang non-muslim mengaku akan masuk surga. Inilah yang saya khawatirkan.”


“Di saat saya belum berpikir sebagaimana pemikiran Ahli Hadits (yakni Ahlussunnah-pen), ilmu saya hanya taklid, tidak ingin ada pikiran untuk mengkaji suatu hadits atau suatu ajaran dan tidak ada agenda kesana. Atau memang belum mendapatkan pertolongan dan hidayah dari Allah untuk membuang bid’ah, syirik, khurafat, taklid buta, menolak hadits, menolak ajaran “baru” yang benar yang menghapus khurafat dan ajaran sesat dari hati saya”, lanjut beliau.


Beliau menerangkan lagi, “Apalagi menurut Syaikh Shalih Fauzan, Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’iy atau Syaikh Abdul Aziz bin Baaz (rahimahumullaah, semuanya adalah nama-nama ulama Ahlusunnah yang tidak dikenal oleh kalangan NU, padahal orang-orang NU mengaku diri mereka sebagai Ahlussunnah-ed), maka saya termasuk penyembah kuburan, suka kebid’ahan dan matinya berbahaya.”


Akhirnya beliau tinggalkan seluruh ritual dan amaliah yang bid’ah dan syirik yang dahulu beliau amalkan ketika masih berpaham NU. Dan sekarang beliau senantiasa mendakwahkan kepada manusia bahwa amalan-amalan yang mayoritasnya diamalkan oleh kaum Nahdhiyin adalah bid’ah dan harus ditinggalkan.


Jalan hidayah tidaklah selalu mulus. Akan ada penghalang dan penentang yang tidak setuju apabila seseorang mengubah keyakinannya yang semula berkubang dengan kebid’ahan dan beralih kepada manhaj Ahlussunnah yang haq. Demikian juga yang dialami oleh KH. Makhrus Ali. Beliau menuturkan, “Sekarang saya ikut aliran ahli hadits(ahlussunnah-ed), disalahkan oleh ibu saya, keluarga saya dan golongan saya dulu. Saya pikir di dunia ini yang penting adalah lurus dan ajaran saya cocok dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dan yang jelas harus beda dengan ahli bid’ah.”


Melalui penanya yang tajam, beliau mengkritisi setiap tradisi dan amaliah menyimpang yang banyak dilakukan oleh kaum tradisional. Bukan hanya dari kalangan awwam saja, namun dari para tokoh yang dijunjung tinggi pun masih banyak yang bergelimang dalam kebid’ahan.


Inilah sosok seorang Kyai yang telah kembali kepada ajaran Islam yang murni, Ahlussunnah yang sesungguhnya. Ya, Ahlussunnah. Dinamakan demikian karena Ahlussunnah adalah lawan dari bid’ah dan ahlinya. Kalau ada golongan atau kelompok yang berkubang dalam kebid’ahan namun mereka mengklaim diri mereka sebagai Ahlussunnah, maka klaim itu hanya sebatas klaim dusta.


Kita berdoa kepada Allah agar para kyai yang kini tengah berkubang dalam kebid’ahan mendapatkan hidayah sehingga mereka bisa meninggalkan kebid’ahan mereka, sehingga mereka betul-betul menjadi sosok alim yang faqih yang bisa dijadikan umat sebagai rujukan ilmu dan bisa mewujudkan Al-‘Ulamaa` waratsatul Anbiyaa` (Para ulama adalah pewaris para nabi). Aamiin.

(Ditulis ulang dengan pengeditan dan penambahan seperlunya dari buku “Mantan Kyai NU menggugat Tahlilan, Istighasahan dan Ziarah para Wali” karya KH. Mahrus Ali)


Oleh Al-Faqir Ilallaah Aqil Azizi

Rabu, 24 Agustus 2011

EMPAT GOLONGAN M,ANUSIA MENURUT SYAIKH ABDUL QADIR JAILANI

copy-paste dari :
http://delisufi.blogspot.com/2011/08/empat-golongan-manusia-oleh-syeikh.html?zx=5767061837ae2d0a

EMPAT GOLONGAN MANUSIA OLEH SYEIKH ABDUL QADIR AL JAILANI

Ada empat jenis manusia dalam dunia ini Dipetik dari Kitab Futuuhul Ghaib oleh Sheikh Abdul Qadir Al-Jailani (Pengasas Tarekat Qadiriyah)


Pertama ialah mereka yang tidak ada lidah dan tidak ada hati. Mereka ini ialah orang-orang yang bertaraf biasa, berotak tumpul dan berjiwa kerdil yang tidak mengenang Allah dan tidak ada kebaikan pada mereka. Mereka ini ibarat melukut yang ringan, kecuali mereka dilimpahi dengan kasih sayang Allah dan membimbing hati mereka supaya beriman serta menggerakkan angota-anggota mereka supaya patuh kepada Allah.
Berhati-hatilah supaya kamu jangan termasuk dalam golongan mereka. Janganlah kamu layan mereka dan janganlah kamu bergaul dengan mereka. Merekalah orang-orang yang dimurkai Allah dan penghuni neraka. Kita minta dilindungi Allah dari pengaruh mereka. Sebaliknya kamu hendaklah cuba menjadikan diri kamu sebagai orang yang dilengkapi dengan
  • Ilmu Ketuhanan,
  • Guru kepada yang baik,
  • Pembimbing kepada agama Allah,
  • Penyampai dan pengajak kepada manusia kepada jalan Allah.
Berjaga-jagalah jika kamu hendak mempengaruhi mereka supaya mereka patuh kepada Allah dan beri amaran kepada mereka terhadap apa-apa yang memusuhi Allah. Jika kamu berjuang di jalan Allah untuk mengajak mereka menuju Allah, maka kamu akan jadi pejuang dan pahlawan di jalan Allah dan akan diberi ganjaran seperti yang diberi kepada Nabi-nabi dan Rasul-rasul.
Nabi Muhammad SAW. pernah bersabda kepada Sayyidina Alli;
"Jika Allah membimbing seseorang melalui bimbingan kamu kepadaNya, maka itu terlebih baik kepada kamu dari apa-apa sahaja di mana matahari terbit".

Satu jenis lagi manusia ialah mereka yang ada lidah tetapi tidak ada hati.
  • Mereka bijak bercakap tetapi tidak melakukan seperti yang dicakapkannya.
  • Mereka mengajak manusia menuju Allah tetepi mereka sendiri lari dari Allah.
  • Mereka benci kepada maksiat yang dilakukan oleh orang lain, tetapi mereka sendiri bergelumbang dalam maksiat itu.
  • Mereka menunjuk kepada orang lain yang mereka itu Sholeh tetapi mereka sendiri melakukan dosa-dosa yang besar.
  • Bila mereka bersendirian, mereka bertindak selaku harimau yang berpakaian.
Inilah orang yang dikatakan kepada Nabi SAW. dengan sabda;
"Yang paling aku takuti dan aku pun takut di kalangan umatku ialah orang 'Alim yang jahat".
Kita berlindung dengan Allah daripada orang 'Alim seperti itu. Oleh itu, larilah dan jauhkan diri kamu dari orang-orang seperti itu. Jika tidak, kamu akan terpengaruh oleh kata-kata manis yang bijak berbicara itu dan apoi dosanya itu akan membakari kamu dan kekotoran hatinya akan membunuh kamu.

Jenis yang ketiga ialah golongan orang yang mempunyai hati tetapi tidak ada lidah.
  • Dia adalah seorang yang beriman.
  • Allah telah mendindingkan mereka daripada makhluk dan
  • menggantungkan di keliling mereka dengan tabirNya dan
  • memberi mereka kesedaran tentang cacat cedera diri mereka.
  • Allah menyinari hati mereka dan menyedarkan mereka tentang kejahatan yang timbul oleh kerana mencampuri urusan orang ramai dan kejahatan yang timbul oleh kerana mencampuri orang ramai dan kejahatan kerena bercakap banyak.
Mereka ini tahu bahawa keselamatan itu terletak dalam "DIAM" dan bekhalwat. Nabi SAW. pernah bersabda;
"Barangsiapa yang diam akan mencapai keselamatan".
Sabda baginda lagi;
"Sesungguhnya berkhidmat kepada Allah itu terdiri dari sepuluh bahagian, sembilan darinya terletak dalam diam".
Oleh itu mereka dalam golongan jenis ini adalah Wali Allah dalam rahsiaNya, dilindungi dan diberi keselamatan, bijaksana, rakan Allah dan diberkati dengan keredhoan dan segala yang baik akan diberikan kepada mereka.
Oleh itu, kamu hendaklah berkawan dengan mereka dan bergaul dengan orang-orang ini dan diberi pertolongan kepada mereka. Jika kamu berbuat demikian, kamu akan dikasihi Allah dan kamu akan dipilih dan dimasukkan dalam golongan mereka yang menjadi Wali Allh dan hamba-hambanya yang Sholeh.

Jenis manusia yang keempat pula ialah mereka yang dijak ke dunia tidak nampak (Alam Ghaib), diberi pakaian kemuliaan seperti dalam sabda Nabi SAW;

"Barangsiapa yang belajar dan mengamalkan pelajarannya dan mengajarkan orang yang lain, maka akan diajak ke dunia ghaib dan permuliakan".
Orang dalam golongan ini mempunyai ilmu-ilmu Ketuhanan dan tanda-tanda Allah. Hati mereka menjadi gedung ilmu Allah yang amat berharga dan orang itu akan diberi Allah rahsia-rahsia yang tidak diberi kepada orang lain. Allah telah memilih mereka dan membawa mereka hampir hampir kepadaNya. Allah akan membimbing mereka dan membawa mereka ke sisiNya. Hati mereka akan dilapangkan untuk menerima rahsia-rahsia ini dan ilmu-ilmu yang tinggi. Allah jadikan mereka itu pelaku dan lakuanNya dan pengajak manusia kepada jalan Allah dan melarang membuat dosa dan maksiat. Jadilah mereka itu "Orang-orang Allah". Mereka mendapat bimbingan yang benar dan yang mengesahkan kebenaran orang lain.
Mereka ibarat timbalan Nabi-nabi dan Rasul-rasul Allah. Mereka sentoasa mendapat taufiq dan hidayah dari Allah Yang Maha Agung. Orang yang dalam golongan ini adalah pada peringkat terakhir atau puncak kemanusian dan tidak ada Maqam di atas ini kecuali Kenabian.
Oleh itu hati-hatilah kamu supaya jangan memusuhi dan membantah orang-orang seperti ini dan dengarlah cakap atau nasihat mereka. Oleh itu, keselamatan terletak dalam apa yang dicakapkan oleh mereka dan dalam berdamping dengan mereka, kecuali mereka yang Allah beri kuasa dan pertolongan terhadap hak dan keampunanNya.



Jadi saya (Sheikh Abdul Qadir Al-Jailani) telah bahagikan manusi itu kepada empat golongan. Sekarang terpulanglah kepada kamu untuk memeriksa diri kamu sendiri jika kamu mempunyai fikiran. Dan selamatkanlah diri kamu jika kamu ingin keselamatan. Mudah-mudahan Allah membimbing kita menuju kepada apa yang dikasihiNya dan diredhoiNya, dalam dunia ini dan di akhirat kelak.






HUKUM SYARI’AH TENTANG KORUPSI


Diriwayatkan dari Abu Humaid As Sa’idi beliau berkata : “Suatu hari Rasulullah menyuruh seseorang bernama Ibnu Utabiyyah untuk mengumpulkan zakat dari Bani Asad. Sesampainya di hadapan Rasulullah, Ibnu Utabiyyah berkata : “Ya Rasulullah, ini zakat untukmu dari Bani Asad sedangkan ini hadiah buat saya”. Seketika itu Rasulullah berdiri ke atas mimbar, dan setelah membaca tahmid kemudian beliau berpidato : “Apa yang terjadi dengan utusan yang aku kirim ke Bani Asad, ia mengatakan ini untukmu dan ini hadiah buatku ? Lihatlah !!! Seandainya dia hanya duduk-duduk di rumahnya atau rumah orangtuanya apa mungkin ada orang yang datang memberinya hadiah seperti ini ? Demi Dzat yang jiwaku di Tangan-Nya, tidak lah ia membawa apapun walau hanya sedikit kecuali kelak di hari kiamat akan dipikulkan ke atas pundaknya, walaupun itu hanya seekor unta, sapi atau seekor kambing”. Kemudian Rasulullah mengangkat tangannya sampai kelihatan ketiak beliau seraya berkata : “Ya Allah… bukankah telah aku sampaikan ? Ya Allah.. saksikanlah .. !! (HR. Bukhari & Muslim)

  • HUKUM SYARI’AH TENTANG SUAP
Rasulullah Shollallohu 'alaihi wasallam bersabda : “Allah melaknat orang yang menyuap dan yang disuap”. (Shahih Riwayat Ibnu Hibban) dalam riwayat Imam Ahmad ditambahkan : “dan juga yang menjadi perantara dari keduanya”.

Dari Abdullah bin Amr bin Ash, beliau berkata : “Rasulullah Shollallohu 'alaihi wasallam melaknat ”. (Shahih Riwayat Al Hakim)

Rasulullah Shollallohu 'alaihi wasallam bersabda : “Penyuap dan yang disuap tempat mereka adalah neraka jahannam”. (HR Thabrani dengan periwayat yang terpercaya/tsiqah) [1]

Abdullah bin Mas’ud berkata : “Suap menyuap dalam masalah hukum adalah kekufuran (pelakunya bisa dikafirkan) sedangkan di kalangan orang biasa adalah dosa yang sangat keji”. (HR Thabrani dengan periwayat yang terpercaya/tsiqah) [2]

Penjelasan
Kufur atau kafirnya orang yang melakukan suap dalam soal hukum bukan karena tindakan penyuapannya, tetapi karena ia merubah yang halal menjadi haram atau yang haram menjadi halal. Tindakan seperti telah disepakati oleh ulama sebagai salah satu penyebab kekufuran.

  • HUKUM SYARI’AH TENTANG RIBA
Dari Abu Hurairah Radhiyallohu 'Anhu Rasulullah Shollallohu 'alaihi wasallam bersabda :“Jauhilah oleh kalian tujuh hal yang pasti akan menghancurkan kalian ! Apakah tujuh hal itu ya Rasulullah ? : “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali atas dasar kebenaran (al haq), memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri pada saat perang berkecamuk, menuduh wanita muslimah berbuat zina” (HR. Bukhari & Muslim)
Dari Ibnu Abbas Radhiyallohu 'Anhuma, Rasulullah Shollallohu 'alaihi wasallam bersabda “Pintu masuk menuju riba lebih dari tujuh puluh buah, dan riba yang paling ringan, (hukumnya) adalah sama seperti seorang laki-laki menyetubuhi ibunya sedangkan seorang muslim”. (HR Al Baihaqi dalam Syu’abil Iman)

  • 4 TAHAPAN PENGHARAMAN RIBA DALAM AL QUR’AN

  • Tahap Pertama
Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih”. (QS An Nisa’ 160 – 161)

  • Tahap Kedua
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”. (QS Ar Ruum 39)

  • Tahap Ketiga
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS Ali Imron 130)

  • Tahap Keempat (terakhir)
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabb-nya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.(QS Al Baqarah 275)

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shodaqoh. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa” (QS Al Baqarah 276)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. (QS Al Baqarah 277 - 279)

“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”. (QS Al Baqarah 280 - 281)




[1] Jam’ul Jawami’ karangan Imam Syuyuthi juz I halaman 12956

http://nur-muslim.blogspot.com/2011/08/korupsi-suap-dan-riba-dalam-pandangan.html